Bila Dua Hati Dah Terjalin ...
Bila dua hati dah
terjalin
Selamatlah pengantin kami
doakan
Moga ridha Allah bersinar
selalu
Tanda bermula bahtera
hidup
Dalam
melayari bahtera rumah tangga
Ada
rasa kesal dan rasa gelisah
Jangan
nafsu diikut melulu
Sabar
dan kemaafan itu perlu
……………………………………………………………..
Saudaraku
……….
Entah
apa yang harus kutuliskan dalam lembaran ini untuk melukiskan perasaan yang ada
dalam hatiku. Bahagia, bangga, dan juga tak percaya. Bahagia, karena engkau
kini telah mendapatkannya, “bidadari’ pujaan hatimu. Seorang kawan yang akan
menemani hari-harimu dalam melayari bahtera kehidupan. Seorang kawan yang akan
senantiasa menyertai langkah-langkahmu. Kawan untuk berbagi rasa denganmu.
Senangmu adalah senangnya, sedihmu adalah sedihnya, sukamu adalah sukanya,
dukamu adalah dukanya. Ia kan
selalu ada di sisimu untuk bersama-sama mencoba membangun peradaban baru.
Bangga, karena engkau berani ‘melawan’ paradigma yang selama ini ada. Bangga, karena engkau
telah berhasil menggenapkan separuh agamamu. Tak percaya, karena rasanya baru
kemarin kita bersama, dan aku tahu engkau belum begitu dewasa (he...he…).
Saudaraku
………..
Kini
engkau telah memasuki sebuah dunia baru yang berbeda dengan duniamu selama ini,
dunia ‘para lajang’. Engkau telah memasuki dunia baru yang penuh dinamika dan
penuh warna. Ya, pernikahan. Itulah nama dunia baru tersebut. Sebuah dunia yang
sebenarnya, yang merupakan pintu masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Eksistensi kita sebagai manusia akan lebih diakui masyarakat bila kita telah
memasukinya. Dan engkau telah berhasil melakukannya. Dunia yang memerlukan persiapan matang untuk
melangkah ke dalamnya. Tidak hanya persiapan fisik dan materi, tapi juga
persiapan mental dan spiritual.
Saudaraku
…………
Pernikahan,
bukanlah hanya pertemuan lahiriyah dua manusia dengan karakter yang sama, tapi
ia merupakan pertemuan lahiriyah dan batiniyah dua insan berbeda jenis dengan
beragam sifat dan karakter, pertemuan dua keluarga besar dengan perbedaan latar
belakang. Sehingga peluang munculnya duri-duri dan kerikil tajam yang akan
mengganggu nikmatnya perjalanan kalian juga terbuka lebar. Oleh karenanya,
diperlukan kesabaran, keikhlasan dan pemahaman yang mendalam akan makna dari
pernikahan. Bila nanti riak-riak gelombang
dan badai mulai deras melanda, perlu kiranya engkau menengok kembali tujuan
awal dari pernikahan yang engkau bina.
Saudaraku
………….
Pernikahan
bukanlah perjalanan wisata, yang hanya akan melalui taman indah penuh bunga
berwarna-warni dengan kupu-kupu cantik beterbangan mengitari kuntumnya yang
mekar merona. Bukan pula mengayuh sampan di telaga bening dengan airnya yang
mengalir tenang.
Lebih
dari itu, pernikahan merupakan perjuangan yang terkadang mesti melewati jalanan
menanjak, sempit dan berliku tajam, di kanan kirinya jurang terjal yang setiap
saat bisa membuat kita tergelincir bila tidak waspada. Pernikahan ibarat
pelayaran di samudera luas menuju pulau harapan. Tidak selamanya ombaknya
tenang, bintang gemintang terang bersinar, angin bertiup lembut menyejukkan. Ada masanya langit kelam
tertutup awan menghitam, badai topan menerjang, ombak bergulung menghempaskan
bahtera, hujan deras melanda diserta kilatan petir yang menyambar dan gemuruh
suara guntur
yang memekakkan telinga. Di saat itulah, kesabaran, ketabahan, kesungguhan dan
komitmen kita sedang diuji. Tidak bisa semuanya itu dihadapi seorang diri.
Tapi, diperlukan kerjasama dan saling pengertian di antara kalian berdua.
Saudaraku …………
Satu
hal yang tidak bisa engkau abaikan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah
tangga adalah komunikasi yang mesti terjalin dengan baik. Karena inilah kunci
keharmonisan. Semua problema yang ada tidak akan pernah menjelma menjadi karang
penghalang eratnya hubungan kalian. Keseriusanmu dalam menggapai cita tidak harus
menghilangkan keindahan canda, Banyak permasalahan yang bisa diselesaikan
dengan hati yang gembira karena canda, sebab pangkal persoalan sebenarnya
adalah kurangnya komunikasi dan cara yang keliru dalam penyikapannya.
Saudaraku
…………..
Pernikahan
merupakan sarana untuk saling memperbaiki diri. Saling menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran. Saling menolong dalam mengerjakan kebaikan. Saling
memperingatkan bila ada yang berbuat kealpaan. Sebab itulah, di saat kawan
hidupmu tergelincir, segeralah engkau genggam erat jemarinya, sediakanlah
bahumu untuk dijadikan sandaran, dan dengarkanlah bisik hatinya, tataplah bola
matanya. Dan ucapkanlah sesuatu yang menyejukkan perasaannya. Tidak perlu malu
untuk berpuitis-ria dan mengucapkan
kata-kata yang romantis. Karena ini bukanlah hal yang tabu, dan bukan merupakan
kelemahan kepribadian. Tapi ini satu bentuk kelembutan dalam diri yang bisa
memenuhi kebutuhan akan rasa keindahan.
Saudaraku
…………..
Tidak ada salahnya jika sekali waktu
engkau bersikap lembut dan kekanak-kanakan. Jadilah engkau seperti anak kecil
dihadapan istrimu, demikian kata sahabat umar ra. Karena ini akan semakin
menambah kedekatan hati dengan belahan jiwamu. Kelembutan, tidak identik dengan
kelemahan. Kelembutan akan menghasilkan sesuatu yang tidak dapat diraih dengan
kekerasan. Karena itu, hadapilah segala permasalahan yang muncul dengan hati
tenang. Siramlah api cemburu yang mungkin berkobar dengan air kejernihan hati.
Redamlah marah tanpa sebab dengan mengingat segala kebaikannya.
Saudaraku ………………..
Sekali lagi, di hari yang bahagia ini,
ijinkan aku sekedar mengucapkan “Baarakallaahu
laka wabaaraka ‘alaika wajama’a bainakumaa fii khair”. Selamat memasuki
dunia baru itu. Doaku kan
selalu menyertai langkah kalian berdua. Dan kini, kau telah berhak untuk
menyenandungkan nasyid ini:
Kini
berpadulah dua hati dalam mahligai cinta
Ikatan nan agung sempurna sebagian
agama
Allah telah menghalalkanmu menjadi
pendamping bagiku